Om-om Kendo



Shigesaburo Imafuji adalah ayah seorang kendoka. Ia ingin mencoba berkendo, tapi belum dapat kesempatan. Suatu hari, guru dari putranya memberikan seperangkat peralatan kendo. Tidak punya pilihan, dia pun mulai belajar Kendo. Saat itu usia Imafuji adalah 55 tahun. Perlahan tapi pasti, dengan bantuan sang anak lelaki sebagai personal tutor, dalam jangka waktu 14 tahun, ia berhasil mencapai tingkat Dan 5. 

"Hingga akhir hayat (Imafuji wafat di usia 72 tahun), yang selalu ingin ayahku lakukan adalah pergi Kendo." kenang putranya, Masahiro. 

Kisah nyata ini hanya satu diantara banyak cerita. Bahwa Kendo adalah satu olahraga unik yang tidak memandang usia. 

As long you have passion for Kendo, it will get better with time.

Saya berjumpa dengan beberapa senpai Kendoka Indonesia yang berusia senior. Dan jangan ditanya, saat berhadapan dengan mereka, auto bikin waspada karena pukulannya duh kuat-kuat dan akurat bener. yak! Meleng sedikit, langsung puyeng kena men!  Beberapa diantaranya adalah  mantan atlit timnas Kendo yang kini sudah jadi bapack-bapack. Kenyang malang melintang dalam banyak turnamen, mereka menolak pensiun Kendo! Malah tampak semakin mengganas ( ingat tsuba saya yg pecah saat kirikaeshi-maap tercurcol).

Para senior ampuh ini menyebut diri mereka Om Om Kendo. Trio om Ari, om Willy dan om Erwin (yakin banyak lagi yang tersebar di luar sana). Lepas dari kegarangan dan kenyentrikan mereka, konsistensi dan semangat perlu diapresiasi.  Banyak atlit saat mencapai usia tertentu mengalami semacam post-power syndrome. Ketika kondisi fisik bahkan mental mulai berubah. Saat menua, seringkali sulit menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada diri kita. Apalagi di Asia, khususnya Indonesia, yang masih kuat "ageism", alias prasangka buruk pada orang-orang berusia tertentu, dan menimbulkan diskriminasi. Tidak heran jika ada mereka yang memilih merahasiakan umur. 

Sampai ada pengandaian populer,

“How old would you be if you didn’t know how old you were?”

Di Barat ada gerakan  Age Positivity, yang mengajak orang untuk berbangga dengan usianya.  Om Om Kendo sendiri, menurut saya, adalah praktek nyata dari Age Positivity for Men. Menunjukkan pada yang muda-muda, yang keukeuh merasa muda hingga yang merasa sudah berusia tua,  "menua tidaklah semenakutkan itu lho". Encok, salah urat, masuk angin,   diakui dengan penuh rasa humor. Mau diapain lagi.  Tetap keiko jalan terus.  Cepat capek? Ya, tinggal istirahat di saat yang pas. Yang penting sadar diri. Tumpah ruah cerita-cerita seputar mereka berkendo berikut tips-tipsnya (kalau kepo visit deh IG Kendo Om_om).

Seakan menjawab pengandaian diatas, “As young or old as you act.” 

And that was my experience interacting with Om Om Kendo.  Just like the story of Imafuji sensei who started kendo at the age of 55. Luckily Kendo is different from other sports, at which point one has to retire.

They taught me many things, which are not just about techniques. One of the greatest wisdom ;  how to embrace every stage in your life with passion, gratitude, and acceptance.

No comments

Powered by Blogger.