Keiko Kemerdekaan (Independence Day Keiko) 2023
Di hari kemerdekaan biasanya ramai tradisi acara lomba warga setempat sampai nonton pertunjukan pesawat terbang. Kendoka lain lagi ceritanya. Mereka melakukan Keiko.π
Ketika tiba di dojo saya kira suasananya bakal datar, jadi diam-diam sempat bawa balon merah putih. Berikut pompa plastik. Ya antisipasi supaya kalau di foto ada tema-tema Agustusan dikit.π Tapi di luar dugaan, dojo-nya sudah dihias dengan bendera merah putih dan balon Hari Kemerdekaan! Nah ga perlu hias-hias tematik lagiπ
Dua sensei dari Jakarta Kendo ternyata menyempatkan hadir di hari libur untuk melatih, yaitu sensei Yoshida dan sensei Marcel. Lengkap sekali kan? Peserta Keiko, seperti biasa, paman-paman mantan timnas kita dan (mungkin) calon-calon timnas masa depan! *saya cukup jadi time keeper di hari itu π*
Latihannya, widih, semangat '45 betul, seperti mau merebut kemerdekaan saja. Ya, namanya juga 17-an. Jujur saja, di Indonesia itu tanggal 17- an bagi beberapa orang adalah hari permainan, hiburan, tontonan. Untuk yang lain, hari liburan.
Mungkin suasana 17-an yang paling kerasa itu adalah saat kita jauh dari Tanah Air. Atau lagi tugas membawa nama harum bangsa. Di saat itu mendengar lagu Indonesia Raya, yang namanya keluhan harian tentang rasanya jadi orang Indonesia, pupus sudah. Karena menerima diri sendiri artinya termasuk sejarah lahir dan kehidupanmu. Selain di negeri ini, dimanapun kita tetaplah orang asing.
Barangkali paman-paman timnas Kendo yang lebih paham rasanya saat itu. Benar nggak, sih?π
Kembali ke cerita Keiko Kemerdakaan kita.
Di hari itu saya kembali menjadi pengamat alias fotografer. Biasanya saya turun ke lapangan dan boro-boro terpikir ambil gambar. Yang ada di pikiran cuma satu : bagaimana pulang tanpa harus minum paracetamol atau oles2 minyak ajaib anti memar!π΅π«
Jadi pengamat begini, saya bisa lebih fokus ke cerita para kendoka kita. Entah suami istri kendoka, dokter, kreator, programmer, insinyur, healer, prajurit, komander, ekspatriat, yah…banyaklah panggilan dan profesinya. Mereka di hari libur itu hadir di dojo untuk keiko.
Dan yang menarik, ada diantara mereka yang telah melakukan rutinitas ini…mungkin sudah lebih dari dua puluh tahun! Kalau orang Jepang kan rata-rata mulai Kendo dari kecil, karena sudah jadi bagian dari budaya, ya? Nah, kalau yang bukan orang Jepang?
Why?
Di satu sesi wawancara, seorang senpai, Erwin Natawilaga berkata,
“Makin lama orang latihan kendo, makin nggak tahu kenapa dia latihan kendo.”
“…….”
Maksutnya genks, semakin lama seseorang latihan kendo akhirnya jadi kebiasaan gitu. π Semacam need. Kalau nggak melakukan, kayaknya ada yg aneh aja. π
Kalimat itu memang awalnya bikin saya garuk-garuk helm. Tapi dipikir-pikir mungkin sejalan dengan prinsip om Charles Duhigg di bukunya yang terkenal, “The Power of Habit”.
“Champions don't do extraordinary things. They do ordinary things, but they do them without thinking, too fast for the other team to react. They follow the habits they've learned.”
Hanya sebagian kecil cerita mengapa rekan-rekan diatas tetap hadir di dojo pada hari libur yang cerah. Nun jauh di tempat lain, bahkan ada mereka yang rela membelah belantara macet ibukota hanya untuk keiko. Kalau diminta menjelaskan…yah, mungkin susah, rata-rata lebih pilih langsung action, bukan bacot (bahasanya cowok)!π
Tapi itulah para kendoka. Dan jiwanya.
Semoga dari cerita ini kamu bisa lebih mengenal mereka.
Serta memahami.
Kamu sendiri bagaimana, apa saja kebiasaan yang secara rutin dilakukan tanpa berpikir?π
Source: wawancara Kendo_om_om feat. Erwin Natawilaga
Leave a Comment