Nadya
Dia adalah kawan seangkatan saya. Tidak paham kenapa dia ikut kendo. Sosoknya sangatlah feminin. Tapi katanya ia memang mencari olahraga yang pas.
Perlahan saya mafhum mengapa kawan ini terpikat oleh kendo. Selain unsur sport-nya ia mungkin tertarik oleh keunikan olahraga keras ini. Sebab dia adalah seniman handal. Sering saya berdecak melihat hasil foto-fotonya yang cantik.
Dia bisa menangkap aura majestic sekaligus klasik, diramu dengan editan yang tepat, dari olahraga Kendo. Mungkin bukan untuk konsumsi media (sport fotografi), yang membutuhkan gambar realistik, melainkan untuk seni atau pajangan di dinding seperti lukisan ukiyo-e.
Beberapa kali saya, bersama-sama dengannya, memfoto event Kendo. Berbagi posisi. Kalau dia kehabisan baterai, pasti saya yang diminta handel!😆
Sayangnya,dia sudah tidak melanjutkan kendo lagi dengan alasan yang saya mungkin tidak pernah tahu.
Hanya bisa memahami sedikit perasaannya dari karya-karya yang pernah hadir di depan mata. Kami memiliki tantangan yang sama, sebagai kendoka yang mulai aktif di usia dewasa. Secara fisik dan psikis. Fokus yang terbagi. Serta banyaknya pilihan olahraga yang lebih ringan di luar sana. Mungkin hanya dia satu-satunya kawan senasib saya saat itu.
Baca : Introduction
Suatu siang, saya menerima pesan dari kendoka wanita dari negara lain. Ia bercerita bagaimana besar tantangan untuk mulai berkendo lagi di tempatnya. Apalagi dengan anak-anak yang jauh lebih muda. Kami saling menyemangati. Kendoka datang dan pergi. Saat sulit mengembalikan yang berhenti, akan terganti meski dari bagian lain di muka bumi.
The most important thing, just enjoy every seconds of your life especially with people who are still with you. Walau hanya sebentar, saya senang, pernah memfoto bareng kawan saya, sang seniman.
Because we were capturing moments and “sometimes you will never know the value of a moment until it become a memory.”
Foto di video atas adalah hasil candid saat saya mengambil figurnya ketika beraksi dengan kamera. Karena dia demen foto vintage grainy condong monokrom. Jadi sekalian saya edit ala-ala kesukaannya. 😆
Until we meet again!
Leave a Comment