Introduction

いらっしゃいませ

Sekilas perkenalan.....

Saya adalah kendokawati (kendoka perempuan) yang tinggal di Indonesia. Kendoka artinya seseorang yang mendalami Kendo, olahraga bela diri Jepang yang menggunakan pedang bambu dan kayu. 

Pertama kali ikut olahraga ini adalah sekitar tahun 2002-an. Dojo pertama dahulu ada di sekolah Jepang, sebuah sekolah internasional khusus siswa dari Jepang yang ada di Indonesia. Para pengajar Kendo adalah sensei-sensei Jepang dan senpai-senpai (senior). 

Di level beginner, datang berlatih cukup bawa diri dan memakai baju sport. Pedang bambu atau shinai bisa dipinjamkan oleh sekolah, atau tunggu beli dari luar (dipesankan).  

Latihan dasar berjalan kurang lebih sekitar 6 bulanan. Setelah ikut ujian kenaikan tingkat, sudah diijinkan mengenakan hakama dan bogu (bila tidak punya, seperti saya, maka akan dipinjamkan).  

Baca : Pertama kali Mengenakan Gi dan Hakama Kendo

Latihan dengan mengenakan bogu adalah level yang berbeda.  Kita harus bergerak lincah, sambil mengenakan body protector mulai dari pinggul hingga kepala. Biasanya latihan setiap weekend itu adalah berupa gerakan dasar, lanjut ke ji-geiko dengan senpai atau sensei. Kadang ada pertandingan,  my first opponent adalah seorang senpai juara bertahan di saat itu (lupa namanya). Langsung kena ippon saat mulai tanding. Dahlah! 😂

Sayang, di tahun 2004, saya harus berhenti Kendo,  fokus pindah ke luar Indonesia untuk melanjutkan study.  Bogu akhirnya saya kembalikan. 

Ada senpai yang pernah bertanya, kenapa dulu nggak lanjutin Kendo di luar negeri? 

Waduh. Di masa itu dojo Kendo di luar Jepang belum sebanyak sekarang. Dan di daerah tujuan saya, kebetulan adalah kota kecil, tidak ada dojo Kendo.  

Ketika pindah ke big city, kota metropolitan, baru ada dojo kendo. Tapi  jadwal saya amat padat, nggak kepikiran melanjutkan. Apalagi harga bogu lumayanlah, buat tiket pesawat. Sedikit menyesal juga sebetulnya, kenapa saya nggak mencoba ber-Kendo disana. Pasti jadi kenang-kenangan seru 'kan ya? 😁

Balik ke Indonesia, sudah dipenuhi oleh urusan pekerjaan dan keluarga. Nah. Bagi kendokawati ada kendala dalam melanjutkan Kendo, saat memasuki musim-musim tertentu dalam kehidupannya (ya, iyalah masa hamil pakai bogu gitu?). 

Fokus waktunya juga mulai susah. Kawan-kawan perempuan seperguruan dulu, baik yang telah menikah dan atau jadi mother, rata-rata sudah berhenti. Nggak tahu kasusnya bagaimana kalau di Jepang sana. Sepengetahuan saya, ada beberapa kendokawati Jepang yang baru mulai Kendo lagi setelah anaknya cukup besar untuk ditinggalkan. 

Baca : Nadya

Sama seperti mereka, saya mulai aktif kembali beberapa tahun belakangan. Harus mengulang dari dasar lagi. Sangat normal, kalau seorang Kendoka, setelah vakum lama, harus kembali refreshing. Sertifikat kelulusan per-level saya yang lama, ternyata juga sudah tidak berlaku lagi, karena kini sudah diganti dengan sertifikat model baru,  sifatnya internasional.  

Baca : Om-om Kendo

Saat latihan di level beginner, masih terasa santai.  Begitu mulai pakai bogu, nah  baru kerasa itu beban bogu dan beban usia! 😂 Harus mencari cara berdamai dengan kondisi fisik, kondisi psikis, fleksibiltas waktu, dsb. Sebab di angkatan saya kiri-kanan adalah anak-anak muda, dengan kondisi fisik yang sedang pada puncaknya. Selain culture shock kecil dalam komunitas perpaduan antar kultur Asia, saya merasakan juga gap generation shock, gaya dan cara berpikir antar generasi yang cukup berbeda.  Well, singkat kata rasanya agak seperti alien yang tengah terdampar demi mengenal kehidupan di bumi.😆

 

Demikianlah kisah perkenalan dan pengalaman di dunia Kendo. Tidak seberapa, dibanding mereka yang sejak muda konsisten melakukan latihan hingga  membawa nama Indonesia di kancah internasional (salut!). Saya hanya seseorang yang masih harus belajar terus. Selangkah demi selangkah, di jalan pedang bambu dan kayu, menyusun kembali batu bata terburai, yang dulu pernah rapi. 

Sampai kapan mau ber-Kendo? 

Sederhana. Selama saya masih bisa melakukannya. 

Di level sekarang ini, jujur, nggak memiliki terlalu banyak beban. Just enjoy the ride, because for me Kendo is not just a sport, but it is also part of my memories.

Demikian sekilas perkenalan.  Moga-moga nanti bisa bercerita lebih banyak lagi pengalaman  seputar Kendo from my personal point of view, as a kendoka,  a female kendoka, and a kendo mom.


じゃまたね


15 comments:

  1. pernah denger kendo dari beberapa film jepang yang pernah gw tonton, kalo di indo mungkin layak karate yah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmm beda kali yah...Karate itu bela diri tangan kosong, kalau kendo menggunakan senjata pedang bambu

      Delete
  2. Menarik sekali kisah belajar Kendo nya, pernah berhenti dan balik lagi main Kendo, tapi sudah beda generasi agak beda ya suasananya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Haha iya...tantangannya disitu, jadi belajar memahami

      Delete
  3. Betul itu.. enjoy the ride as long we enjoy it in our life.. Seronok belajar seni pertahankan diri. Sesama kecil hanya belajar Taekwondo ITF sahaja.. Mencari seni pedang kayu ini tapi tiada pusat kendo yg berhampiran dengan rumah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Taekwondo bagus. Di Malaysia, seingat saya, ada Kendo di bandar Kuala Lumpur. Di Indonesia juga, dojo Kendo baru terdapat di beberapa kota besar di Jawa.

      Delete
    2. Namun betul bila usia meningkat dan kesibukan kerja dan keluarga membataskan aktivti yang kita minati. Semoga ada sahaja masa utk kita buat as we enjoy to do it :D

      Delete
    3. Ya tantangannya disitu. Amin semoga kita semua juga diberi waktu dan kesehatan untuk itu.

      Delete
  4. Ok done follow your blog .. Follower ke 3 :D

    ReplyDelete
  5. Wah, menarik sekali. Aku baru tahu dari sini lho tentang olahraga Kendo :) Ketika lama berhenti dari sesuatu memang wajar kalau merasa seperti "alien", aku juga begitu, hehe. Aku suka dengan semangatnya, ditunggu cerita-cerita lainnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya penyesuaian memang butuh waktu. Terima kasih, semoga bisa tetap konsisten sharing cerita.

      Delete
  6. Wah terus terang saya baru tahu ada jenis seni bernama kendo ini, Mbak
    Saya suka nonton film-film bertema samurai, memang ada latihan dengan menggunakan pedang kayu ini. Oh rupanya itu kendo.

    Btw, ini baru pertama kali saya berkunjung ke blog Mbak ini.
    Salam persahabatan dan salam perkenalan dari saya di Sukabumi.
    Sukses selalu ya Mbak...

    Salam,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menarik ya film-film bertema samurai. Kalau jaman sekarang ada kendo, iaido, kenjutsu. Terima kasih sudah berkunjung salam persahabatan dan sukses juga mas.

      Delete

Powered by Blogger.